Langsung ke konten utama

Pungut Sampah menjadi Pendidikan Karakter di Jepang




Para pendukung Jepang berada di ambang mimpi: menyaksikan tim nasional mereka lolos ke perempatfinal Piala Dunia untuk kali pertama. Sensasi itu mereka rasakan usai Takashi Inui menggandakan keunggulan Jepang atas Belgia dalam pertandingan 16 besar Piala Dunia 2018.

Namun euforia itu pelan-pelan kembali memudar ketika Jan Vertonghen dan Marouane Fellaini sukses membuat kedudukan kembali imbang lewat gol yang mereka cetak ke gawang Eiji Kawashima. Dan ketika Nacer Chadli memastikan kemenangan Belgia lewat golnya di penghujung laga, harapan itu benar-benar kandas.

Jepang seketika kalah secara mengejutkan; secara menyakitkan. Bulir-bulir air mata mulai turun membasahi pipi para pendukung Jepang yang berada di tribun penonton. Banyak wajah yang ditutupi oleh kedua telapak tangan. Sebagian yang lain tampak diam terpaku-membisu seakan tak percaya dengan apa yang baru saja disaksikannya.

Akan tetapi kekalahan menyakitkan itu tak membuat mereka berhenti melakukan satu kebiasaan baik: membersihkan sampah-sampah yang tercecer di tribun stadion.

Dengan mata yang masih sembap usai menangis, satu per satu dari mereka mulai menyisir tribun penonton Rostov Arena sambil menenteng kantong plastik berwarna biru. Sampah-sampah yang terserak mereka kumpulkan dalam kantong tersebut.


Tidak hanya pendukungnya, skuat tim nasional Jepang pun sama halnya. Kendati baru saja menelan kekalahan menyakitkan, mereka enggan meninggalkan ruang ganti yang mereka pakai dalam keadaan kotor dan berantakan. Sebuah foto yang beredar di media sosial menunjukkan bagaimana rapi dan bersihnya ruang ganti Samurai Biru selepas pertandingan.

Budaya yang Memiliki Sejarah Panjang

Sikap terpuji suporter dan pemain Jepang, yang selalu ingin memastikan tempat yang disinggahi mereka tetap bersih, tidak lahir secara tiba-tiba. Sikap itu dibentuk oleh sebuah budaya dalam masyarakat Jepang itu sendiri, sebagaimana dikatakan oleh jurnalis sepakbola yang bekerja di Jepang, Scott McIntyre.

“Itu [pungut sampah] bukan budaya sepakbola, melainkan budaya Jepang,” ujarnya kepada BBC.

Sebuah budaya dalam suatu masyarakat tidak mungkin berdiri sendiri. Selalu ada unsur-unsur yang membentuknya—yang melatarinya. Dan yang membentuk budaya bersih masyarakat Jepang, salah satunya berkat ajaran dari kepercayaan yang mereka anut.


Melansir The Economist, dalam ajaran Shintoisme maupun Buddhisme (dua agama yang dianut oleh mayoritas masayarakat Jepang), kegiatan mandi atau membersihkan badan adalah kegiatan yang sangat penting untuk dilakukan. Menurut dua ajaran tersebut, kekotoran mencerminkan kejahatan. Sedangkan kebersihan mencerminkan kebaikan.

Bahasa juga berperan memperkuat kebiasaan itu. Dalam bahasa Jepang, kata “Kirei” yang berarti “bersih”, sama artinya dengan “cantik”, “manis”, menarik”. Sementara kata “Fuketsu” yang berarti “kotor”, memiliki arti yang sama dengan “seram” atau “mengerikan”. Kata “Kitanai” yang berarti “benar-benar kotor” memiliki arti yang sama dengan “jorok” atau “keji”.

Kebiasaan baik masyarakat Jepang ini sudah ada sejak masa lampau. Masih menurut sumber yang sama, dikisahkan bahwa pada abad ketiga, ada seorang sejarawan asal Tiongkok yang menceritakan ketekunan masyarakat Jepang dalam menjaga kebersihan. Kesan yang sama juga disampaikan oleh wisatawan asal Eropa yang berkunjung ke Jepang pada sekitar abad ke-16.

Jepang juga merupakan negara pertama yang membuka pemandian air panas atau yang dalam bahasa Jepang disebut sento. Pemandian air panas pertama kali hadir adalah di Osaka pada 1590, atau di Tokyo pada 1591. Ketika Restorasi Meiji terjadi di Jepang pada 1868, sudah terdapat 600 sento yang tersebar di seluruh penjuru Kota Tokyo.

Catatan tersebut menunjukkan betapa pentingnya kegiatan mandi bagi masyarakat Jepang, dan betapa kuatnya budaya bersih yang dianut oleh mereka. Sampai-sampai menjadikan mereka sebagai perintis pemandian air panas di dunia.

Bukan Kali Pertama

Pertandingan melawan Belgia bukanlah yang pertama. Para pendukung Jepang sudah melakukan aksi pungut sampah di pertandingan-pertandingan sebelumnya. Ketika Samurai Biru bertanding melawan Senegal di fase grup, usai pertandingan suporter Jepang dan Senegal bahu-membahu memungut sampah yang berserak di tribun Mordovia Arena.

Ketika Jepang berlaga di Piala Dunia 2014, aksi ini juga mereka lakukan. Saat Jepang berhadapan dengan Pantai Gading di Arena Pernambuco, walau akhirnya Jepang kalah, para pendukungnya tetap melakukan aksi bersih-bersih usai pertandingan. Satu per satu sampah mereka pungut dan dimasukkan ke dalam kantong plastik.

Namun barangkali aksi yang paling hebat adalah di Piala Dunia 1998. Itu adalah tahun di mana Jepang lolos ke Piala Dunia untuk kali pertama. Alhasil respons masyarakat Jepang pun sangat besar menyambutnya. Banyak dari mereka yang berbondong-bondong datang ke Perancis.

Akan tetapi antusiasme besar itu kemudian dimanfaatkan oleh segelintir orang tidak bertanggung jawab yang menjual tiket-tiket palsu. Lebih dari 12.000 pendukung Jepang menjadi korban penipuan tiket. Mau tidak mau mereka pun harus membeli tiket dari tukang catut jika ingin tetap menyaksikan laga perdana Jepang melawan Argentina.

Walau dirintangi oleh berbagai masalah, tribun di stadion Kota Toulouse tetap dipenuhi oleh pendukung Jepang pada akhirnya. Dari 33.000 penonton, 70 persennya adalah pendukung Samurai Biru. Namun lagi-lagi kepahitan didapat mereka: Jepang kalah dari Argentina.

Sudah ditipu, beli tiket mahal-mahal, dan sekarang menyaksikan tim kebanggaan menderita kekalahan. Sebagian orang barangkali akan menumpahkan kekesalan dengan merusak fasilitas yang ada di tribun stadion. Namun para pendukung Jepang tidak demikian.

Mereka tetap membersihkan sampah dengan tekun selepas pertandingan. Tak peduli sampah itu milik mereka atau bukan. Aksi ini pun sempat membuat media-media Perancis takjub saat itu.


***

Dengan demikian, aksi pungut sampah yang kemarin ditunjukkan oleh mereka selepas pertandingan kontra Belgia, adalah aksi yang kesekian kalinya mereka lakukan di Piala Dunia. Apa pun hasil yang diraih Jepang, tak akan membuat mereka berhenti melakukan kebiasaan baik tersebut.

Jepang mungkin belum bisa menciptakan sejarah dengan lolos ke perempatfinal Piala Dunia. Namun dunia akan tetap mengingat nama mereka dengan baik berkat kebiasaan terpuji yang selalu mereka tunjukkan usai pertandingan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PAPARAN DESKRIPTIF, NARATIF, ARGUMENTATIF ATAU PERSUASIF TENTANG PRODUK JASA

Paparan Deskriptif, Naratif, Argumentatif, atau Persuasif tentang Produk Jasa A. Kompetensi Dasar 3.16 Memahami paparan deskriptif, naratif, argumentatif, atau persuasif tentang produk/jasa 4.16 Menyusun paparan deskriptif, naratif, argumentatif, atau persuasif tentang produk/jasa B. Indikator Pencapaian 3.16.1 Menjelaskan paparan deskriptif, naratif, argumentatif, atau persuasif tentang produk/jasa 3.16.2 Menganalisis paparan deskriptif, naratif, argumentatif, atau persuasif tentang produk/jasa 4.16.1 Menyusun paparan deskriptif, naratif, argumentatif, atau persuasif tentang produk/jasa C. Materi 1. Deskriptif Paragraf deskriptif adalah sebuah paragraph yang menggambarkan sebuah objek dengan tujuan agar para pembaca merasa seolah-olah melihat sendiri objek yang digambarkan itu. Paragraf deskripsi ini menggambarkan sesuatu dengan kata-kata secara jelas dan terperinci. Paparan deskriptif berisi penjelasan singkat mengenai produk/jasa yang ditawarkan. Ciri-ciri paparan deskriptif: Mengga

STANDARISASI dan SERTIFIKASI PRODUK

STANDARISASI dan SERTIFIKASI PRODUK 1.       Pengertian Standarisasi Dan Sertifikasi Produk Istilah dari standarisasi berasal dari kata standar yang memiliki arti satuan ukuran dan dapat digunakan sebagai dasar pembanding kualitas, kuantitas, nilai, dan hasil karya yang nyata. Dalam arti yang luas, standar menunjukkan spesifikasi dari suatu produk, bahan, maupun proses. Standarisasi diimplementasikan pada saat sebuah perusahaan menghasilkan dan mengeluarkan sebuah produk ke pasaran. (sumber : https://www.caraprofesor.com/mengenal-pengertian-standarisasi). Sebagai contoh,apabila produsen akan memproduksi kran air sebaiknya ukuran kran yang disuat mengikuti standar dari ukuran pipa air yang ada.Produsen bisa membuat kran dengan ukuran ¼ inci atau ½ inci sesuai dengan ukuran pipa air yang sering digunakan konsumen. Menurut ketentuan Pasal 1 angka 2 PP NO. 102/2000 tentang Standar Nasional, Standarisasi adalah proses merumuskan,menetapkan,menerapkan dan merevisi standar yang dilaku

PENGUJIAN PRODUK

     Assalamualaikum Wr. Wb. Hallo sahabat Tepas Belajar dimana pun anda berada, kali ini saya akan membagikan artikel mengenani pengujian produk pada mata pelajaran PKKWU kelas XII, silahkan disimak! HAKIKAT PENGUJIAN PRODUK P engujian produk merupakan kegiatan penting untuk menjamin kualitas produk di pasaran,sebelum sebuah produk dipasarkan perlu dilakukan pengujian produk terlebih dahulu.Pengujian produk dilakukan degan pengukuran terhadap sifat dan kinerja produk tersebut sesuai standar tertentu.      Proses pengukuran sifat atau kinerja suatu produk inilah yang disebut dengan pengujian produk. Jadi pengujian produk adalah segala proses yang dilakukan oleh seorang peneliti,baik melalui pengukuran kinerja, keamanan, kualitas dan kesesuaian produk terhadap standar yang telah ditetapkan.      Bagi produsen, hasil pengujian produk berguna dalam pengarsipan dan untuk mendapatkan hak paten atas produknya. Selain itu,pengujian produk dapat digunakan sebagai persyaratan dalam peluncuran p